Tampilkan postingan dengan label Contoh Laporan Praktikum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Contoh Laporan Praktikum. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Desember 2013

Contoh Studi Kelayakan Usaha Beternak Puyuh

Sektor usaha peternakan pada era kemajuan zaman sekarang ini, mempunyai prospek yang  besar. Tantangan untuk sarjana muda peternakan untuk menjadi wirausahawan merupakan cikal bakal berkembanganya kegiatan perekonomian dibidang peternakan. Begitu juga dengan perkembangan jumlah penduduk yang begitu cepat dan berkurangnya lahan pertanian harus mampu mengalihkan perhatian para petani untuk menjalankan usaha dibidang peternakan sebagai alternatif penghasil Uang. Sektor peternakan merupakan salah satu bidang pada sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam pembentukan nilai Produk Domestik Bruto (PDB).

Distribusi PDB atas dasar harga berlaku pada tahun 2007-2010** menurut lapangan usaha dari sembilan sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan yang menempati urutan pertama sedangkan sektor pertanian, peternakan kehutanan dan perikanan menempati urutan kedua. Nilai PDB pertanian pada tahun 2010**) atas dasar harga konstan meningkat sebesar Rp. 304,4 triliun dari tahun 2009 yang hanya sekitar Rp. 295,9 triliun. Sedangkan nilai PDB sub sektor peternakan pada tahun 2010 juga meningkat sebesar 38,16 triliun dari tahun 2009*) yang hanya sekitar 36,6 triun.(angka sementara) (BPS Peternakan, 2011).Pengaruh subsektor peternakan yang besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia tidak terlepas dari fungsi dasar subsektor peternakan sendiri dalam pemenuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia, terutama pemenuhan kebutuhan protein hewani. Peningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan kadar gizi masyarakat menyebabkan permintaan terhadap hasil subsektor peternakan sebagai sumber protein hewani semakin meningkat pula.

            Siklus hidup puyuh relatif pendek. Produksi telurnya 130-300 butir per tahun dengan bobot rata-rata 10-15 g per butir. Bobot telur merupakan sifat kuantitatif yang dapat diturunkan. Jadi jenis pakan, jumlah pakan, lingkungan kandang, serta besar tubuh induk sangat mempengaruhi bobot telur. Selain itu, sedikitnya protein ransum menyebabkan pkecilnya kuning telur yang terbentuk sehingga menyebabkan kecilnya telur dan rendahnya daya tetas telur. Bobot telur juga sangat dipengaruhi oleh masa bertelur. Telur pada produksi pertama pada suatu siklus berbobot lebih rendah daripada telur berikutnya pada siklus yang sama. Dengan kata lain, bobot telur semakin bertambah dengan bertambahnya umur induk. (Yd. Pangestuti,2009)

Selain telurnya produk yang dapat dimanfaatkan dari puyuh yaitu daging, kotoran, dan bulu. Daging puyuh sekarang ini tidak kalah dengan daging ternak lainnya. Daging puyuh sekarang ini tidak kalah dengan daging ternak lainnya. Daging puyuh mengandung 21,1 persen protein dan lemak hanya 7,7 persen saja. Daging puyuh umumnya diambil dari puyuh yang sudah afkir yaitu puyuh betina yang kemampuan bertelurnya sudah menurun atau puyuh jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan. Kotoran puyuh baunya lebih menyengat dibandingkan kotoran ayam atau unggas lainnya, apalagi bila puyuh diberi pakan berkadar protein tinggi. Akan tetapi kotorannya itu masih dapat dimanfaatkan untuk dibuat pupuk. Pupuk dari kotoran puyuh sangat baik untuk tanaman sayur maupun tanaman hias dan juga dapat digunakan dalam campuran bahan pakan (konsentrat) untuk ternak besar. Pemanfaatan bulu burung puyuh biasanya untuk campuran bahan pakan ternak besar, karena bulu memiliki potensi sebagai sumber protein hewani dan mineral serta kaya akan asam amino esensial. Energi metabolismenya mencapai 3.047 kkkl/kg, sedangkan protein kasarnya mencapai 86,5 persen, tetapi pemanfaatan bulu sebagai pakan ternak harus melalui suatu pengolahan terlebih dahulu, tidak hanya dikeringkan dan digiling saja, bulu harus dihidrolisa atau dimasak terlebih dahulu. Kelebihan lain dari beternak burung puyuh secara ekonomis yaitu ukuran tubuh burung puyuh yang relatif kecil, sehingga menguntungkan peternak karena dapat memelihara puyuh dalam jumlah yang besar pada lahan yang tidak terlalu luas (Listiyowati dan Roospitasari, 2005) dalam (Pangestuti, 2009).


Konsumsi hasil ternak berupa daging, telur dan susu pada tahun 2010 perkapita /tahun untuk daging sebanyak 6.953 kg/kapita /tahun atau mengalami peningkatan sebesar 10.42% dari tahun sebelumnya (2009) yaitu 6.297 kg/kapita/tahun. Untuk telur sebanyak 7.227 kg/kapita /tahun, atau mengalami kenaikan sebesar 13.24% dari tahun 2009 yang hanya sebesar 6.382 kg/kapita/tahun. Sedangkan susu sebanyak 16.421 kg/kapita/tahun. Atau mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya (2009) dari sebesar 18.472 kg/kapita /tahun (11.10%). Demikian juga dengan konsumsi protein (telur, daging dan susu) pada tahun 2009 sebesar 31.151 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2010 menurun menjadi 30.602 kg/kapita/tahun (1.77%).(Tabel 4). (BPS Peternakan, 2011). Download Contoh Lengkap (PDF)

Minggu, 08 Desember 2013

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI HIJAUAN PAKAN TERNAK

Dalam usaha peternakan  ± 60 %  modal seorang peternak di keluarkan untuk memproduksi hijauan pakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak yang di usahakannya. Oleh karena itu seorang  peternak akan memeperoleh keuntungan apabila produksi/jenis hijauan yang di berikan cukup murah tetapi mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi di dalam tubuh ternak, produksi hijauan pakan pada ternak khususnya ruminansia dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu legum dan rumput serta ada juga bahan pakan tambahan yang biasa disebut dengan Konsentrat. Untuk memperoleh  hasil produksi yang baik dan maksimal maka seluruh  jenis  bahan pakan di atas harus diberikan pada ternak dalam jumlah yang cukup, karena diharapkan dari  berbagai jenis pakan hijauan ini untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak itu sendiri.

Produksi hijauan pakan ternak merupakan bahan pakan yang diberikan pada ternak untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ternak. Hijauan merupakan bahan makanan utama ternak ruminanasia karena berfungsi sebagai pengenyang (bulky) dan sebagai sumber karboihidrat, protein, vitamin dan mineral. untuk memperoleh produksi hijauan yang tinggi, dengan kualitas, kuantitas serta kontinuitas  yang terjamin maka perlu di rancang dan di rencanakan sesuai dengan kondisi lingkungan klimatologi yg terdapat di daerah dimana sebuah lahan yang akan di jadikankan sebagai  lahan pastura untuk memproduksi hiauan pakan ternak dengan hasil yang optimal dengan  media penanaman yang maximal, hal tersebut akan dicapai apabila diikuti dengan perencanaan yang matang dan tekhnik budidaya serta pengembangan hijauan yang tepat dan sesuai dengan keadaan setempat.

Hijauan pakan ternak ini terdiri dari leguminosa (kacang-kacangan), graminae (rumput), dan tanaman lain. Ke tiganya memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri, seperti kadar protein yang tinggi terdapat dalam legume, sedangkan protin dalam rumput sangat rendah, namun produksi rumput ini sangat tinggi jika dibandingkan legume, sehingga untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan kombinisi, Rumput memiliki peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia di Indonesia. Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak. Hijauan pakan terutama rumput-rumputan (graminae) telah banyak dibudidayakan, terutama rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang memiliki produksi dan kandungan nutrisi cukup tinggi sehingga mampu memenuhi kebutuhan ternak. Rumput gajah memiliki sifat baik yaitu responsif terhadap pemupukan dan mampu tumbuh pada kondisi tanah yang kurang baik. Hijauan pakan khususnya rumput dapat dikembangbiakkan menggunakan biji (generatif), atau menggunakan stek (vegetatif).


Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau dengan melakukan penanaman hijauan makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak di Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, dan hal ini merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan. SELENGKAPNYA DOWNLOAD FILE PDF.

Rabu, 04 Desember 2013

CONTOH LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Kegiatan kuliah  kerja lapang dilakuakan Penulis untuk memenuhi mata kuliah kerja lapang yang terdiri dari 1 sks dan merupakan mata kuliah wajib semester genap di Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Pada dasarnya banyak pilihan lokasi UPT atau perusahaan di bidang peternakan yang dapat dijadikan sebagai lokasi kerja lapang atau magang, namun hal tersebut tergantung dengan pilihan dan keinginan mahasiswa sebagai pelaku praktek kerja lapang.


Menurut Suharyanto (2008), Peningkatan mutu insan peternakan dapat dipenuhi melalui peningkatan proses pembelajarannya, yaitu memadukan antara teori dan praktik. Praktik, pada proses pembelajaran akan meningkatkan keterampilan si pembelajar untuk menguasai teknologi peternakan. Dan ini menjadi bekal bagi lulusan Program Studi Produksi Ternak untuk berkompetisi di dunia kerja.
Menurut Boone et al, (2007) magang dianggap sebagai penghubung yang penting dalam menyambungkan kesenjangan pendidikan teori dan praktik. Magang membantu mahasiswa untuk memposisikan diri antara prestasi akademik dengan masa depan profesional, sehingga sangatlah penting bagi mahasiswa untuk mengikuti program magang. Oleh karena banyak perusahaan yang menawarkan pekerjaan tetap kepada para pemagang yang berprestasi, banyak penasihat karier mengemukakan bahwa meraih prestasi cemerlang selama magang sama pentingnya dengan prestasi selama kuliah atau waktu kerja dimasa mendatang.


Bergerak dibidang peternakan akan dihadapkan pada masalah gizi, mengingat protein hewani mempunyai peran yang besar terhadap kesehatan dan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Masalah tersebut menjadi tugas kita bersama untuk mencari solusi mengingat sampai saat ini belum ada solusi yang tepat. Swasembada daging 2014 adalah isu yang booming akhir-akhir ini dan menjadi prokram pemerintah yang tak kunjung terselesaikan. Kebijakan penambahan kuota impor daging ternyata tidak menyelesaikan masalah, justru menimbulkan masalah baru. Sehingga diperlukan kebijakan yang sesuai dengan realitas dan bidang ilmu para pembuat kebijakan. Download Laporan Lengkap (PDF)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK LANJUT “ PEMBUATAN BAKSO, DAGING CURING, YOGURT, DAN TELUR ASIN ”

Usaha peningkatan nilai tambah melalui usaha pengolahan hasil peternakan mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Produk pengolahan hasil peternakan yang telah berkembang cukup baik di masyarakat adalah produk olahan susu dan olahan daging. Dalam pembinaan kegiatan pengolahan hasil peternakan pada hakekatnya terdapat 4 (empat) unsur yang saling berinteraksi yakni: Sumber Daya Manusia (Peternak/Pelaku usaha) dan kelembagaannya, sebagai subyek pembangunan yang harus ditingkatkan kemampuan dan keterampilannya teknis dan menejerial dalam menjalankan usahanya.
Bahan baku, sebagai obyek pembangunan pengolahan yang harus ditingkatkan ketersediaanya baik kualitas maupun kuantitasnya. Teknologi (proses/alat), difokuskan pada pelayanan informasi penerapan teknologi penanganan dan pengolahan untuk mendapatkan nilai tambah dengan efisiensi dan produktifitas serta mutu yang memenuhi standar nasional maupun internasional.

Pemasaran sebagai basis usaha, harus diintegrasikan dalam perencanaan produk usaha pengolahan itu sendiri, sehingga produk yang dihasilkan terintegrasi dengan pasar. Paradigma agribisnis adalah, “menghasilkan apa yang dituntut pasar (konsumen)”. Upaya tersebut, merupakan salah satu komponen dalam perbaikan posisi tawar peternak sebagai produsen susu segar dan daging serta olahannya terhadap pedagang, pedagang terhadap konsumen dan sebaliknya, melalui perbaikan daya saing produk sehingga semua pihak.


Peningkatan taraf kehidupan masyarakat yang disertai dengan kesadaran arti pentingnya nilai gizi makanan untuk kebutuhan hidup manusia, akan ikut mempengaruhi kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani setiap tahun. Komoditi daging segar dan olahan sudah tidak disangsikan lagi keberadaannya, karena daging segar dan daging olahan merupakan salah satu sumber protein hewani yang sudah sangat dikenal dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Penggunaan daging segar sebagai bahan makanan relatif lebih variatif dibandingkan dengan daging olahan, tetapi daging segar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga tergolong sebagai bahan pangan yang mudah rusak (perishable food).


Oleh karena itu proses pengolahan daging segar menjadi daging olahan merupakan proses yang sangat penting sekali. Selain memperpanjang masa simpan daging, penganekaragaman bahan pangan, proses pengolahan ini juga akan meningkatkan nilai tambah dari produk tersebut sehingga harga produk daging olahan akan lebih tinggi dibandingkan dengan daging segar. Perbedaan harga ini akan mempengaruhi permintaan dari daging olahan. Namun di sisi lain telah terjadi pergeseran pola konsumsi dari masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke atas terutama di kota-kota besar yaitu terjadinya kecenderungan membeli bahan-bahan yang "ready to cook" atau "ready to eat". Pergeseran pola konsumsi ini dipengaruhi antara lain oleh kemajuan teknologi, meningkatnya tingkat pendidikan, bertambahnya kaum wanita memasuki dunia kerja dan sebagainya. Laporan lengkap (PDF)

Selasa, 26 November 2013

LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONG dan KERJA

Pengembangan ternak potong dan kerja di indonesia perlu dipacu mengingat akan terjadi kesenjangan  antara jumlah daging yang beredar dalam pasar dengan dengan permintaan masyarakat. Dalam beberapa tahun kedepan, permintaan akan daging akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani, peningkatan kesejahteraan hidup dan pertambahan jumlah penduduk yang pesat.
Sementara itu, peningkatan populasi, produksi dan produktifitas ternak potong dan kerja sebagai penghasil daging belum mampu mencukupi laju permintaan daging sehingga impor dalam bentuk ternak maupun produk daging terpaksa harus dilakukan.


Sapi bali merupakan jenis ternak potong dan kerja


Budidaya  ternak potong dan kerja  pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang berupa lahan, ternak dan pakan dengan faktor produksi lainnya yang berupa  tenaga kerja, teknologi dan modal mutlak dilakukan untuk dapat mengoptimalisasi pemanfaatan pengelolaan sumber daya peternakan secara efektif dan efisien agar dapat meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan  para peternak. Dalam melakukan usaha budidaya ternak  pakan merupakan salah satu sarana produksi yang amat penting dan sangat strategis, tidak saja karena kecukupan dan mutunya yang secara langsung berkorelasi dengan performance ternak, tetapi juga karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam usaha budidaya ternak sehingga efisiensi penggunaan pakan harus betul betul mendapatkan perhatian.
Di Indonesia, beberapa jenis ternak seperti sapi, kerbau dan kambing telah lama dipelihara di pedesaan. Akan tetapi peranannya  sampai saat ini belum banyak berarti  sebagai sumber protein hewani yang berasal dari susu dan dagingnya . Hal ini terjadi karena usaha peternakan masih sederhana dengan jumlah pemilikan sedikit dan masih merupakan usaha sampingan dan sebagai tabungan. Sebenarnya usaha ternak mempunyai potensi cukup besar untuk berkembang, karena termasuk ternak yang mempunyai adaptasi cukup tinggi, disamping modal yang diperlukan relatif sedikit.
Pengembangan peternakan berkaitan dengan peningkatan pendapatan. Pendapatan yang meningkat dari suatu usaha peternakan akan memberikan motivasi untuk berusaha lebih baik. Sukses dan gagalnya suatu usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh kemampuan ternaknya berproduksi dan harga input produksi serta output yang dihasilkan. Keadaan tersebut erat kaitannya dengan kemampuan peternak dalam mengelola usahanya dan tingkat keuntungan maksimum yang dicapainya. Peternak dengan jumlah ternak pemilikan yang banyak, mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Jumlah pemilikan ternak yang lebih banyak umumnya akan lebih efisien dalam hal tenaga kerja dan biaya produksi. selengkapnya....
Download laporan lengkap PDF